ANALISIS KAJIAN SEMIOTIIKA BUDAYA
1. Yunus, R. (2013). Transformasi nilai-nilai
budaya lokal sebagai upaya pembangunan karakter bangsa. Jurnal
penelitian pendidikan, 13(1), 67-79.
Pada dasarnya budaya memiliki
nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring
dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya
merupakan bukti penerimaan masyarakat terhadap budaya. Eksistensi budaya dan
keragaman nilai-nilai luhur pada kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
merupakan sarana dalam membangun karakter warga negara, baik yang berhubungan
dengan karakter privat maupun karakter publik.
Kesimpulannya, nilai-nilai budaya
memang harus di terapkan dan di bangun dalam karakteristik anak bangsa, hal ini
lah yang bisa membuat negara Indonesia sedikit lebih melangkah ke depan dan mulai
bisa mengikuti perjalanan dengan negara lain dalam hal menerapkan tranformasi
nilai-nilai budaya.
2.
Trixie, A.
A. (2020). Filosofi motif batik sebagai identitas bangsa Indonesia. Folio, 1(1),
1-9.
Batik mulai berkembang pada masa
kerajaan Mataram, yang kemudian berkembang juga di kerajaan Solo dan juga
Yogyakarta. Pada awalnya, budaya membatik merupakan suatu adat yang memang
dilakukan secara turun menurun. Mayoritas setiap daerah di Indonesia melahirkan
motif batik yang memiliki keunikan tersendiri, itulah kenapa banyak sekali
batik di Indonesia dengan nama daerah pada masing-masing batik, Pengertian dan
juga kesadaran akan identitas budaya ini melalui proses yang cukup panjang, Maka
dari itu bangsa Indonesia harus bisa mempertahankan nilai-nilai kebudayaan
Indonesia melalui karya seni batik sebagai keunikan dan ciri khas yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia, karena batik merupakan penjelasan strata sosial,
identitas, spiritual manusia, bahasa kebudayaan, yang juga menjadi identitas bagi
bangsa Indonesia.
Kesimpulannya, di Indonesia banyak
sekali batik, masing-masing dari daerah mempunyai batik nya tersendiri,
sehingga motif pada batik memiliki filosofinya tersendiri dan daerah lain nya
pun mempunyai filosofinya yang menarik juga.
3.
Devianty,
R. (2017). Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal tarbiyah, 24(2).
Bahasa tentu bisa menjadi cermin
untuk budaya, Bahasa bukan saja menjadi sarana untuk dibaca namun Bahasa juga
juga bisa menjadi alat komunikasi untuk satu sama lain.
Bahasa juga menjadi alat
komunikasi utama, dengan Bahasa, manusia bisa saling mengungkapkan pikiran dan
perasaan lewat Bahasa yang di miliki oleh Indonesia, begitu banyak Bahasa di
Indonesia sehingga masing-masing dari daerah di Indonesia mempunyai bahasa nya
masing-masing dan mengkomunikasikannya dengan cara mereka masing, masing,
sehingga bahasa sebagai cerminan budaya ini bisa menjadi salah satu cara untuk
mengenalkan budaya yang ada di Indonesia lewat bahasa yang kita punya.
Kesimpulannya, bahasa sering kali
disalahgunakan oleh orang-orang, seperti berbahasa kasar, berbahasa tidak
menurut KBBI dan lainnya, namun bila bahasa di jadikan sebagai sermin kebudayaan
tentu hal itu pasti, karena dengan kita mengucapkan bahasa kita sendiri dan
menggunakan bahasa yang tidak pantas maka pasti orang akan menganggap bahwa
bahasa yang kita miliki adalah bahasa yang tidak bagus, sehingga hal
tersebutlah yang memungkinkan bahasa sebagai cermin kebudayaan.
4.
Wahyudin,
Y. (2003). Sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir. Makalah
disampaikan pada pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, tanggal, 5.
Masyarakat pesisir pada umumnya
telah menjadi bagian masyarakat yang pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa
kebersamaan, bahwa struktur masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan
karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, Hal menarik adalah bahwa bagi
masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan
untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam
berbagai aktivitas kesehariannya, Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat atau
karakteristik tertentu yang khas/unik. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan
sifat usaha di bidang perikanan itu sendiri. Karena sifat dari usaha-usaha
perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan
pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut.
Kesimpulannya, Masyarakat di
pesisir menggunakan sistem ekonomi yang bisa di bilang menyatu dengan sekitar,
karena Masyarakat pesisir rata-rata, berbaur juga dengan Masyarakat kota ,
sehingga hal tersebut sulit di lihat, namun Masyarakat pesisir bisa di lihat
ketika ia mulai bekerja, karena para Masyarakat pesisir, biasanya lebih sering
beraktivitas di bagian pasar dan pesisir,
5.
Septiana,
S. (2018). Sistem sosial-budaya pantai: mata pencaharian nelayan dan pengolah
ikan di Kelurahan Panggung Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 13(1), 83-92.
Masyarakat nelayan merupakan
salah satu bagian masyarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola potensi
sumberdaya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir,
masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda
dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Di beberapa kawasan pesisir
yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakatnya bersifat heterogen,
memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas sosial yang kuat terbuka terhadap
perubahan dan memiliki karakteristik interaksi sosial yang mendalam.
Kesimpulannya, orang yang tinggal
di pesisir memang mempunyai mata pencharian sebagai nelayan, karena memang hal
itulah yang bisa di lakukan oleh orang yang tinggal di bagian pesisir.
6.
Arroisi, J.
(2015). ALIRAN KEPERCAYAAN & KEBATINAN: Membaca Tradisi dan Budaya
Sinkretis Masyarakat Jawa. AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama, 1(1).
Masyarakat Jawa sangat percaya
bahwa dengan menyelenggarakan selamatan seperti itu bisa memperoleh keselamatan
dan kebahagiaan. Mengingat begitu penting arti selamatan bagi masyarakat Jawa,
maka tidak heran, kegiatan yang bersifat social itu terus diuri-uri bahkan
setingkat diajarkan dalam beberapa aliran kepercayaan dan kebatinan.
Sikap toleran dan damai merupakan
sikap para da‟i periode awal dalam menyebarkan Islam, sehingga Islam dengan
mudah diterima masyarakat. Sikap tersebut, satu sisi, tidak mampu menampilkan
Islam dalam bentuk dan wajahnya yang asli, tetapi pada sisi lain juga tidak
mampu menghilangkan kepercayaan nenek moyang mereka. Islam yang hadir di Jawa
memiliki kepribadian ganda. Yaitu, pribadi yang begitu kuat memegang
kepercayaan lamaanya tetapi pada saat
yang sama melaksanakan syariat yang diajarkan Islam.
Kesimpulannya, tradisi dan budaya
memang sangat melekat pada diri manusia, namun hal-hal tersebut ada jika ia
mempercayai tradisi dan budaya para leluhurnya, sehingga itu menjadi suatu
kebudayaan yang turun menurun.
7.
Solehah,
S., Jamaludin, U., & Fitrayadi, D. S. (2022). Nilai-Nilai Budaya pada
Kesenian Debus. Journal of Civic Education, 5(2),
212-222.
Indonesia sebagai wilayah
kepulauan dengan berbagai keadaan geografi yang berbeda-beda dengan ragam
kebudayaan yang ada di Indonesia. Setiap suku dan etnis di Indonesia tentunya
memiliki kearifan lokal yang unik dan khas contohnya seperti berbicara berbagai
bahasa daerah dan mengamalkan adat istiadat yang berbeda-beda. Nilai-nilai
tersebut menjadi pedoman hidup masyarakat dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat. Kearifan lokal yang diturunkan dari generasi ke
generasi merupakan salah satu jenis budaya yang harus diwariskan, setiap daerah
memiliki budaya sebagai ciri khasnya masing-masing, yang didalamnya terkandung
kearifan lokal. Usaha untuk meningkatkan nilai-nilai pada budaya lokal salah
satu nya melalui kesenian, kesenian juga merupakan metode untuk meningkatkan
suatu nilai-nilai yang etis dan pola perilaku masyarkat.
Kesimpulannya, nilai-nilai budaya
memang ada pada apa saja, di kesenian debus ini tentu mempunyai nilai-nilai budaya
yang tertanam di dalamnya, biasanya hal seperti kesenian ini adalah untuk menjaga
adat istiadat agar bisa menjadikearifan lokal yang di turunkan oleh generasi ke
generasi.
8.
Sumarto, S.
(2018). Budaya, pemahaman dan penerapannya:“Aspek sistem religi, bahasa,
pengetahuan, sosial, keseninan dan teknologi”. Jurnal Literasiologi, 1(2),
16-16.
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia, dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata
latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani, kata culture juga kadang sering diterjemahkan
sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu pola asumsi
dasar yang ditemukan dan ditentukan oleh suatu kelompok tertentu karena
mempelajari dan menguasai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal,
yang telah bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak dan
karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang dipersepsikan,
berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebut.
Kesimpulannya, sistem religi yang
di dunia tentu banyak sekali, di Indonesia sendiri juga banyak sekali sitem
religi yang di percaya, namun hal tersebut tidak mengganggu antara saatu dengan
yang lainnya.
9.
Adiansyah,
R. (2017). Persimpangan antara agama dan budaya (Proses akulturasi Islam dengan
slametan dalam budaya Jawa). Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial
Dan Sains, 6(2), 295-310.
Agama secara mendasar dapat
didefenisikan sebagai perangkat, aturan, peraturan atau undang-undang dalam
mengajur hubungan manusia dengan dunia goib, baikepada sang Penciptanya, Para
Malaikat, bahkan mahluk ciptaan yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Masalah-masalah
yang berhubungan dengan agama baik dalam kehidupan perindividual, kelompok,
maupun masyarakat umum, pengetahuan dan berkeyakinan keagamaan yang berbeda
dari pengetahuan dan keyakinan lainnya yang dimiliki manusia, fungsi keyakinan
keagamaan terhadap kehidupan duniawi dan sebaliknya.
Kesimpulannya, tentu di dalam agama
banyak sekali persimpangan yang di lakukan oleh orang -orang, namun sepertinya
hal tersebut tidak di lihat oleh orang-orang dan tetap di lakukan.
10.
Solihah, R.
S. (2019). Agama dan Budaya. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 2(1),
77-94.
Ritual atau tradisi bisa disebut
juga dengan budaya karena pada dasarnya semua itu adalah produk dari manusia, Secara
umum budaya sendiri atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.20 Dalam bahasa
Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu
mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani, Salah seorang guru besar antropologi Indonesia Kuntjaraningrat
berpendapat bahwa “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya kebudayaan
dapat diartikan sebagai hal- hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada
juga yang berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi- daya yang
artinya daya dari budi atau kekuatan dari akal.
Kesimpulannya, agama dan budaya
mungkin saling berkaitan seperti halnya agama yang memberikan hal positif
kepada umatnya, dan budaya yang memberikan hal positif juga lewat kebiasaanya
yang di turunkan secara terus menerus dari generasi ke generasi.
11.
Kurniawan,
I. (2009). Desain dan Perubahan Budaya Masyarakat. Visualita, 1(1),
266949.
Saat ini desain tidak lagi
dibatasi oleh definisi yang bersifat sempit. Desain dapat diartikan sebagai
ilmu dan kegiatan merancang untuk menghasilkan objek yang memiliki konsep atau
ide, Desain juga telah melebur dengan berbagai bidang keilmuan, sehingga
memungkinkan untuk menyentuh segala aspek kehidupan pada masyarakat. Desain
hadir dalam kehidupan masyarakat dengan wujud yang beraneka ragam. Secara garis
besar, desain dapat dikategorikan dalam segmen ruang, objek-objek industri,
komunikasi, teknik, kriya, hingga ekspresi tubuh, Perkembangan teknologi yang
pesat pada masa modern hingga sekarang juga telah memberikan pengaruh pada
penyebaran dan keberadaan desain pada Masyarakat, desain memang mempunyai Sejarah
yang Panjang di dalam kehidupan manusia itulah kenapa di dalam perkembangannya
banyak sekali ide-ide dan hasil-hasil dari zaman dahulu hingga sekarang yang
bisa membuat terpukau satu sama lain.
Kesimpulannya, desain sudah ada
pada jaman dulu, namun desain yang dulu dan sekarang jelas berbeda, di jaman
dulu desain di kenal dengan suatu karya yang di buat dengan serius dan penuh
makna di dalamnya, tetapi desain yang sekarang lebih mengutamakan keminimalisan
terhadap suatu karya tersebut, sehingga desain dan perubahan budaya Masyarakat ini
membuat suatu perubahaan yang lumayan besar ke Masyarakat.
12.
Puspita, A.
A. P. A., Sachari, A., & Sriwarno, A. B. (2016). Dinamika budaya material
pada desain furnitur kayu di Indonesia. Panggung, 26(3).
Kayu merupakan bahan mentah yang
mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Indonesia memiliki kekayaan variasi
jenis kayu didukung dengan letak geografis dan faktor cuaca. Dengan kemajuan
teknologi, kayu dapat diolah menjadi berbagai produk seperti kertas, tektil,
furnitur dan sebagainya. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa
ditiru oleh bahan lain buatan manusia. Misalnya, kayu mempunyai sifat elastis,
ulet, tahan terhadap pembebanan dan berbagai sifat lain lagi yang tidak
dimiliki beton, baja hingga plastic, Sudah sejak lama masyarakat Indonesia
memiliki keterikatan dan pengetahuan lokal yang mendalam pada material kayu, Furnitur
saat ini tumbuh menjadi barang komoditi, sehingga pertimbangan desain tidak
hanya berkaitan dengan aspek budaya namun juga aspek ketersediaan bahan baku,
tingkat kemampuan ekonomi masyarakat dan potensi industry.
Kesimpulannya, di Indonesia kayu
sangat banyak sekali, Indonesia juga di kenal oleh dunia dengan sebutan jantung
dunia, karena Indonesia mempunyai hutan yang luas dan sangat hijau, sehingga dinamika
budaya material pada desain furniture kayu di Indonesia sangat berpotensi untuk
Perindustrian.
13.
Rachim, R.
L., & Nashori, H. F. (2007). Nilai budaya Jawa dan perilaku nakal remaja
Jawa.
Salah satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia adalah
kebudayaan Jawa. Orang Jawa adalah satu kelompok etnik yang mempunyai
kebudayaan dan nilai-nilai maupun kebiasaan tentang sesuatu, yaitu kebudayaan
Jawa, Masyarakat Jawa berasal dari pulau Jawa dan terutama ditemukan di
Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masyarakat Jawa terdapat nilai hidup
atau nilai kebudayaan Jawa yang berisi konsep-konsep mengenai apa yang hidup
dalam alam pikiran, sebagian besar dari masyarakat mengenai apa yang dianggap
bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai
suatu pedoman hidup bagi masyarakat Jawa
Akibat
dari tidak pahamnya tentang nilai budaya Jawa, remaja Jawa saat ini telah
banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai budaya Jawa dan berbagi perilaku
lainnya yang tidak sesuai dengan nilai budaya Jawa.
Kesimpulannya, dari jurnal di atas di ketahui bahwa budaya
jawa mempunyai nilai kebudayaan yang tinggi, namun di jaman ini para remaja sepertinya
mempunyai kebiasaan yang nakal, seperti tidak menghormati nilai-nilai yang ada
pada dalam kebudayaan di jawa, sehingga hal ini juga lah yang membuat budaya
sedikit lebih menyimpang.
14.
Wahidati,
L., Kharismawati, M., & Mahendra, A. O. (2018). Pengaruh konsumsi anime dan
manga terhadap pembelajaran budaya dan bahasa jepang. Izumi, 7(1),
1-10.
Produk-produk ini pertama kali
dikenal oleh masyarakat Indonesia pada akhir tahun 1980-an. Kala itu,
produkproduk ini hanya dapat dinikmati dalam bahasa Indonesia, karena seluruh
anime dan dorama yang ditayangkan di televisi nasional dialihbahasakan ke dalam
bahasa Indonesia.
Selain menumbuhkan motivasi untuk
belajar, kemampuan bahasa Jepang para pembelajar pun secara sadar atau tidak
sadar terpengaruh oleh konsumsi budaya populer Jepang. Banyak mahasiswa Program
Studi Bahasa Jepang Sekolah Vokasi yang mengatakan bahwa mereka biasanya
belajar dengan mendengarkan lagu Jepang atau menonton drama Jepang.
Kesimpulannya, tentu di jaman
dulu anime dan manga sangat popular untuk kalangan remaja, namun di Indonesia pada
jaman itu mungkin teknologi seperti televisi atau apapun belum banyak yang
punya, sehingga hal seperti menonoton anime dan manga sangat jarang sekali di
jumpa, namun pasti banyak para remaja yang pasti membicarakan hal tentang itu,
namun selain kekurangan nya hal tersebut para remaja pada saat itu memulai
dirinya dengan mulai suka dan belajar untuk bisa berbahasa jepang, secara tidak
sadar mereka pun mulai terpengaruh ke hal positif tersebut
15.
Budianto,
F. (2015). Anime, cool Japan, dan globalisasi budaya populer Jepang. Jurnal
Kajian Wilayah, 6(2), 179-185.
Doraemon hanya satu dari sekian
banyaknya anime Jepang yang populer dari seluruh dunia. Sebagai salah satu
bentuk budaya yang populer di Jepang yang telah banyak dikenal masyarakat
dunia, khususnya para penggemar budaya populer Jepang, anime kini memang tidak
hanya bisa dilihat sebagai sebuah karya seni dan media hiburan semata saja,
namun juga sebagai sebuah fenomena yang terjadi di seluruh dunia.
Di jepang sendiri anime di kenal
dengan animasi dalam bahasa Indonesia, anime ini sendiri mencakup ke semual hal
yang berbau animasi, karena animasi itu sendiri berarti animasi jepang, di seluruh
dunia pun anime di kenal dengan kata animasi jepang.
Kesimpulan, dari banyaknya anime
di jepang Doraemon lah salah satunya yang membuat jepang mulai di kenal ke seluruh
dunia, hal ini lah yang menyebabkan budaya jepang mulai populer ke seluruh
dunia, karena dengan kepopuleran hal tersebut jepang menjadi bisa menyalurkan
hal positif lewat industry anime yang ia punya.
16.
Widisuseno,
I. (2018). Pola budaya pembentukan karakter dalam sistem pendidikan di
Jepang. Kiryoku, 2(4), 221-230.
Keberhasilan bangsa Jepang
sebagai negara maju di dunia tidak terlepas dari peran sistem pendidikannya
yang mampu menjadikan masyarakat Jepang memiliki karakter yang kuat, Secara
umum, Jepang telah membuktikan secara nyata. Masyarakat Jepang sangat menyadari
akan pentingnya landasan dan pendidikan karakter yang baik bagi manusia dan
masyarakat. Sehingga hasil dari pendidikan di Jepang adalah keunggulan
karakterkarakter yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Kesimpulannya, jepang memang
dikenal dengan kejujurannya, kesopanannya, tidak kaget jika hal pembentukan
karakter pada sistem Pendidikan membuat jepang selangkah lebih jauh oleh negara
lain, karena jepang selalu melakukan hal yang berbeda dari negara lainnya,
itulah kenapa di jepang banyak anak-anak yang masih kecil namun sudah mengerti
akan cara untuk menghormati orang tua, memberi salam, dan meminta maaf jika
dirinya merasa bersalah.
17.
Christian,
S. A. (2017). Identitas budaya orang tionghoa Indonesia. Jurnal
Cakrawala Mandarin, 1(1), 11-22.
Nenek moyang etnik Tionghoa
Indonesia berasal dari dataran Tiongkok khususnya dari daerah Guangdong,
Hokkian, dan Hainan yang kemudian menetap di Indonesia dan menikah dengan
penduduk setempat (Wang, 2006). Etnik Tionghoa di daerah perkotaan mayoritas menggeluti
bidang bisnis atau membuka usaha pribadi, sebagian lainnya bekerja di bidang
pendidikan, penelitian dan pengembangan, pelayanan kesehatan, dan lain-lain,
sedangkan etnik Tionghoa di daerah perdesaan umumnya bekerja atau berwirausaha
di bidang perkebunan dan pertanian.
Kesimpulannya, etnik tionghoa
memang sudah ada dan tinggal sejak lama di Indonesia, mereka awalnya memang
datang dari tempat asalnya di china, tiongkok dan bebrapa daerah di sekitarnya,
hal yang membuat etnik tionghoa ini berpindah ke daerah-daerah termasuk ke Indonesia
tentu adalah untuk mencari pekerjaan ,rempah-rempah dan hal lainnya, para etnik
tionghoa yang tinggal di Indonesia rata-rata bekerja sebagai pebisnis ataupun
membuka usaha sendiri, itulah mengapa banyak sekali para etnik tionghoa yang
tinggal tertutama di indoensia namun bukan hanya di Indonesia saja sering kali
lebih kaya di banding penduduk lokal yang tinggal di daerah tersebut.
18.
Khaliesh,
H. (2014). Arsitektur tradisional Tionghoa: Tinjauan terhadap identitas,
karakter budaya dan eksistensinya. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 1(1),
86-99.
Tionghoa merupakan etnis yang
mampu mempertahankan eksistensinya di tempat, tanpa menghilangkan karakter
budayanya. Fenomena ini menunjukan Etnis Tionghoa mampu mempertahankan
identitas budayanya dari pengaruh budaya lain dari lingkungan yang berbeda, budaya
Tionghoa merupakan keseluruhan pola pikir masyarakat Tionghoa yang membentuk
satu kesatuan kepentingan sehingga dapat menggambarkan etnis Tionghoa sebagai
kelompok yang mewakili budaya Tionghoa, Tionghoa sudah mengenal berbagai negara
didunia sudah sejak lama, baik dengan hubungan perdagangan maupun ekspedisi.
Kesimpulannya, tionghoa memang
sering berpindah ke daerah-daerah, namun para etnik tionghoa tidak dengan mudah
mengubah arsitektur yang ia punya dari leluhurnya, karena arsitekstur tersebut
lah yang menjadi identitas dan membuat ia dikenal lebih oleh para orang -orang
yang kebetulan tinggal atau menginap.
19.
Trahutami,
S. I. (2015). Nilai sosial budaya jepang dalam peribahasa Jepang yang
menggunakan konsep binatang. Jurnal Izumi, 5(1), 64-71.
Bahasa merupakan sistem tanda
yang berfungsi untuk mengkomunikasikan makna dari satu konsep pikiran ke yang
lain, atau dari seseorang ke orang lain. Kebudayaan juga merupakan
simbolsimbol, seperti halnya simbol bahasa, terjadi hubungan antara bentuk yang
menandai dan makna yang ditandai, Kebudayaan adalah keseluruhan
kecakapan-kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu, dan lain-lain) yang dimiliki
manusia sebagai subjek masyarakat Dari sudut pandang antropologi kebudayaan
diberi pengertian sebagai tata hidup, way of life, kelakuan. Bahasa dan budaya
merupakan dua sisi yang paling kompleks dalam kehidupan. Kebudayaan suatu
masyarakat tidak dapat berkembang tanpa adanya bahasa. Bahasa terlibat dalam
semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah
bagi unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi,
kebudayaan manusia tidak dapat terjadi tanpa bahasa, bahasalah yang merupakan
faktor terbentuknya kebudayaan.
Kesimpulannya, di jepang memang
sering kali orang-orang menggunakan peribahasa, namun sepertinya yang saya
ketahui jarang sekali ada yang memakai peribahasa dengan konsep Binatang,
tetapi hal tersebut mungkin lumrah untuk orang jepang, karena pastinya orang
jepang akan mengerti apa yang di maksud
dengan peribahasa tersebut, sehingga peribahasa tersebut tetap terpakai dan
menjadi suatu kegiatan yang positif di lakukan oleh semua orang di jepang.
20.
Susanti, A.
(2013). AKULTURASI BUDAYA BELANDA DAN JAWA (Kajian Historis pada Kasus Kuliner
Sup dan Bistik Jawa Tahun 1900–1942). Universitas Negeri Surabaya.
Masa Hindia Belanda menjadi
sebuah masa yang menciptakan suatu tatanan kehidupan sosial yang rumit. Status
sosial menjadi alat ukur penting bagaimana masyarakat terdorong melakukan
perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, yakni ke arah yang lebih
baik atau sebaliknya, Orang-orang Jawa pada masa kolonial Hindia Belanda dalam
kesehariannya berinteraksi dengan orang-orang Eropa (Belanda). Orang – orang
Eropa (Belanda) memiliki banyak keunikan dan ciri khas dalam kebiasaan hidup
kesehariannya.
Kesimpulannya, memang Indonesia sudah
di jajah oleh Belanda pada jaman dulu, sehingga budaya Belanda masih ikut
walaupun sedikit ke Masyarakat suku jawa, dan mungkin hal tersebut lah yang
membuat para noni Belanda menjadikan orang jawa sebagai budak, sehingga orang
jawa mungkin juga ingin merasakan hal yang di rasakan oleh orang Belanda, namun
kuliner sup dan bistik pada jurnal ini, mungkin sup awalnya
Komentar
Posting Komentar